Friday, May 7, 2010

Hari terakhir kuliah di ITB

*ehem, postingan kali ini rada-rada gimana gitu, gue aja setelah membacanya ga nyangka bisa nulis beginian*

---*---

“Hari ini adalah hari terakhir saya mengenyam pendidikan sarjana di ITB”

---*---

Akhir dari segala sesuatu biasanya punya kesan tersendiri. Seperti di hari terakhir kuliah di semester 8 ini. Beberapa hal yang berkesan yang gue temui hari ini:

Tadi siang di depan Circle-K Dayang Sumbi ada ibu2 pincang, pake tongkat, bersama anaknya (sekitar 10-12 tahunan).. Kita berpapasan di depan Circle-K, gue mau ke kampus lewat pintu belakang, si ibu mau menuruni jalan Dago. Awalnya gue beradu pandang dengan beliau, trus si ibu tiba-tiba ngomong,

“Dek, bisa bantu saya? Saya mau jual barang buat nebus ijazah anak saya di SD *apagituguelupa* ditunggu sama kepala sekolahnya sekarang..”.

Trus tiba-tiba aja mata si ibu jadi berkaca-kaca, nada bicaranya pun jadi memelas. Gue jadi iba, lalu bertanya “Jual apa bu?” “Ini baju saya” sambil menyodorkan kantong kresek yang dia bawa. Gue ga begitu jelas juga ngeliat seperti apa pakaian yang mau dijual ibu itu, trus gue tanya lagi, “Perlunya berapa bu?” “100 ribu nak”.. Wah lumayan juga, kasihan sekali ibu ini. Gue ga tega. Gue ngeluarin dompet, tapi ternyata isinya cuma ada uang lima ribu, sama ribuan, bingung juga.. “Err, bu ini bu saya cuma bisa ngasih segini, maaf ya bu,  Tuhan berkati” Gue kasih duit 5 ribu itu, dan kita berpisah, ibu itu masih sesengukan..

Siangnya di kelas jarkomdat (a.k.a filosofi protokol), Pak Hari memberikan semprotan2nya kuliahnya yang terakhir ke kami, berikut ini adalah beberapa hal yang gue inget –other than materi kuliah tentunya- :

“Kalau saja ada 100 orang seperti Sri Mulyani di negara ini, saya yakin negara ini pasti maju.”

“Inget ya mas, kalau sampe umur 30 anda masih jadi kuli, sorry, sorry deh, you ga bakalan maju dong.. Harus sudah jadi pemimpin.”

“Gaji seorang dengan sertifikasi CCIE di indonesia berkisar Rp 4xx.xxx.xxx - 5xx.xxx.xxx, kalo di luar bisa US$ 150.000 – 300.000.”

“Saya lagi perlu orang untuk network administrator di singapur, gaji Rp 24jt/month, kalo ada yang berminat nanti saya hubungkan dengan partner cisco.. Tapi harus bisa beneran lho, jangan CCNA gadungan..”

Kalau diperhatikan, cerita pertama – Rp.100.000- sangat kontras dengan tawran cerita kedua – Rp 5xx.xxx.xx – Ironis.

Entah kenapa, akhir2 ini gue merasakan Indonesia udah dalam taraf sangat kasihan. Kuliah-kuliah pak Hari sering banget menyinggung malangnya nasib negara ini. Korupsi, kemiskinan, mental pemalas, dsb. Dan kita – kami - sebagai anak ITB – by which we have been claimed by many people to be – “putra putri terbaik bangsa”, sangat diharapkan kontribusinya bagi negara ini. And therefore we have to carry out the obligation to membawa perubahan bagi bangsa di masa depan.

Komentar gue: Rough job. Membawa kesejahteraan kepada ratusan juta kepala yang masing-masing sepertinya hanya memikirkan perut sendiri. Tetapi, jujur aja emang bangsa kita perlu orang pintar. Anyone from ITB?

Okelah. Kuliah 4 tahun di sini sangat memberikan pelajaran hidup yang berharga. Meskipun gue bukan anak KM ataupun aktif di himpunan, gue sedikit mengerti kok masalah masyarakat kita ini. Kan anak ITB cerdas2. Ya masa sih ga kritis dengan lingkungannya? Ya mungkin aja, kan otak, hati, dan perut adalah 3 hal yang berbeda pete. Hehe. Tapi yah gue bersyukur alhamdulillah masih dibekali pikiran dan hati nurani. Jujur, gue kritis kok, temen-temen gue juga banyak yang kritis terhadap drama keterpurukan di negara ini kok, meskipun gue tidak menunjukkan hal tsb dengan ikut2an organisasi2 apa gitu..

Karena itu, gue berjanji akan sebisa mungkin membawa perubahan bagi orang lain. Bagaimana caranya? Biarkan kepala dan hati ini bekerja. That’s all.

Bye-bye kuliah.. Come on, tinggal sedikit lagi di stage ini pete! And who knows what comes up next.. You decide.

1 comment:

Anonymous said...

piterrrrrrr.......

hik-hik... ==' kita benar-benar sudah harus meninggalkan kampus ini tampaknya.

rasanya campur aduk euy. T___T